MEET NEWE PEOPLE + FREE DOWNLOADS
tagtag.com/khutbah8
Budi Setyanto
Pada bayi yang lemah,
orang
tuanya pasti rela melakukan apa saja untuk melindunginya. Bapak dan ibu
bergantian bangun tengah malam untuk membuatkan susu, atau mengganti popok
manakala sang bayi itu pipis. Bahkan ketika bayi itu beranjak besar dan dewasa,
keinginan orang tua untuk melindungi masih saja ada, meski anaknya sendiri
sudah tidak membutuhkannya. Kadang-kadang orang tua rela membolos dari kantor
sekadar untuk urusan sekolah anaknya.
Namun apakah sikap yang sama ditunjukkan oleh si Bapak tadi kepada orang tuanya?
Maukah laki-laki tadi -- yang mungkin sudah berusia pertengahan 40 tahunan
(seusia teman-teman angkatan 80) dan sedang berada di puncak karir -
menemani
ibunya jalan-jalan bukan di hari libur. Maklum seorang ibu yang usianya sekitar
75-an tahun, seringkali aneh-aneh saja permintaannya. Anaknya sudah siap
berangkat ke kantor, eh tiba-tiba dimintanya menemani jalan-jalan ke taman.
"Hari ini aku tidak bisa Bu, ada rapat penting di kantor", begitu biasanya
jawaban sang anak.
Saya bukannya ingin membenturkan kedua fakta yang banyak terjadi di masyarakat tadi
secara berlebihan. Yang saya ingin katakan, tenaga yang menggerakkan bapak tadi
bangun tengah malam untuk anaknya adalah naluri mencintai dan melindungi
anaknya. Naluri yang didasari cinta itu, bisa jadi tidak lagi jadi pendorong
kedekatannya dengan orang tuanya. Rasa hormat pada orang tua tentu saja ada
pada seorang yang berakhlak mulia, namun rasa cinta yang bisa menjadi tenaga
[>> ]